BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesulitan belajar dapat didefinikan
sebagai suatu keadaan dimana peserta didik dalam belajar mengalami hambatan,
ganguan, maupun ancaman. Sehingga menyebabkan tegangnya proses belajar pada
peserta didik. yang menyebabkan suatu keadaan atau hasil belajar yang kurang
memuaskan.
Dalam mendiskrifsikan berbagai
masalah belajar yang dikaji secara akademis, gangguan simbolik, maupun gangguan
non simbolik. Berbagai masalah belajar insroduksibagi saudara untuk mengkaji
dengan leteratur lain, kesulitan-kesulitan lain anak-anak SD/MI yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
makalah ini akan membahas berbagai
permasalahan belajar yang ditinjau dari segi akademis, ganguan simbolik dan
gangguan non simbolik, serta langkah awal yang harus ditempuh sebagai bahan
rujukan penyelesain masalah belajar anak usia sekolah dasar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengatasi kesulitan dalam
belajar ?
2. Apa faktor-faktor ang menyebabkan
kesulitan dalam balajar ?
3. Langkah-langkah apa saja yyang harus
dilakukan untuk mengatasi kesulitan dalam belajar ?
1.3 Mamfaat Penulisan
1. Sebagai upaya memecahkan permasalahan
dalam belajar.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan kesulitan dalan belajar.
3. untuk memperluas wawasan pengetahuan
mengenai alternatif-alternatif dan kiat pemecahan masalah kesulitan
belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
MASALAH
KESULITAN BELAJAR
2.1 Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang
didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip
oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu
gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.
Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman (2003 : 07) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi biologi
Sedangkan menurut Sunarta (1985 : 7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkahlaku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kesulitan
belajar menurut Syaiful Bahri (2002:200-201) dapat di kelompokkan menjadi empat
macam, yaitu sebagai berikut :
- Dilihat dari jenis kesulitan belajar ;
- Ada yang berat
- Ada yan sedang
2. Dilihat dari mata pelajaran
yang di pelajari ;
- Ada yang sebagian mata
pelajaran
-Ada yang sifatnya
sementara
3. Dilihat dari sifatkesulitanya ;
-Ada yang sifatnya menetap
- Ada yang sifatnya
sementara
4. Dilihat dari segi factor
penyebabnya ;
- Ada yang karena factor
inteligensi
- Ada yang karena factor
non-inteligensi
Kesulitan belajar ini bila tidak segera
ditangani maka akan menyebabkan suatu masalah yang mengganggu keberhasilan
belajar bagi peseta didik,sehingga diperlukan usaha-usaha dalam mengatasi
kesulitan tersebut.
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada dua, yaitu :
·
Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Dalam membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi 2 faktor, yaitu faktor fisilogis dan factor psikologis
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Dalam membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi 2 faktor, yaitu faktor fisilogis dan factor psikologis
1.
Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berperan terhadap kemampuan bagi seseorang, anak yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan anak yang ada dalam kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk sehingga dalam kegiatan belajarnya mengalami kesulitandalammenerimapelajaran.
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berperan terhadap kemampuan bagi seseorang, anak yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan anak yang ada dalam kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk sehingga dalam kegiatan belajarnya mengalami kesulitandalammenerimapelajaran.
2.
Faktor
Psikologis
Adapun
yang termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar antara
lain adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan (Slameto, 1999 : 55)
3. Perhatian - Menurut al-Ghazali (2001)
dalam Slameto (2003) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi
jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal (objek) atau
sekumpulan obyek.
4. Bakat - Menurut Hilgard dalam Slameto
(2003) bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003)
bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
5. Minat - Menurut Jersild dan Taisch dalam
Nurkencana (1996) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih
secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar
siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan
teknologi.
6. Motivasi - Menurut Slameto (2003)
bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam
belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi
untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau
pendorongnya.
Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa motivasi siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
·
Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :
1. Keluarga, yang meliputi cara orang
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2. Sekolah, yang meliputi metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
3. Masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa
dalam masyarakat, media massa,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.3 Cara Mengenal Murid yang Mengalami Kesulitan Belajar.
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan
belajar .Misalnya :
- Menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang di capai oleh kelompok kelas.
- Hasil yang di capai tidak seimbang dengan usaha yang di lakukan.
- Lambat dalam melakukan tuga-tugas belajar.Ia selalu tertinggal dengan kaewan-kawan nya dalam segala hal.Misalnya :Dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
- Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti :acuh tak acuh, berpura-pura , dusta, dan lain-lain.
- Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.Misal nya : Mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
2.4 Jenis-jenis dalam Kesulitan Belajar
Ada tiga jenis kesulitan
belajar sebagai berikut.
- Kesulitan belajar akademis.
Kesulitan belajar akademis
siswa sekolah dasar sering di namakan kesulitan “CALISTUNG”
(membaca,menulis,berhitung).
- Kesulitan membaca dapat di sebabkan karena gangguan pertumbuhan psikologis dan juga hambatan didaktik-metodik.Di samping itu, anak SD juga mengalami ketidakmampuan membaca yang di sebabkan karena factor-faktor psikologis (gagap).Gangguan dalam membaca Karena anak kehilangan kemampuan mem bca di sebut aphasia. Ketidakmampuannya untuk membaca karrena gangguan fungsi saraf (neurologisnya rusak ) di sebut dyslexsia.
- Kesulitan menulis dapat di sebabkan karena kemampuan psikomotor kurang terlatih. Seorang anak SD yang tulisan nya buruk, sulit untuk di baca dan tidak rapi akibat gangguan syaraf disebut Disgraphia.
- Kesulitan berhitung anak SD berkaitan dengan penerapan konsep-konsep kuantitatif.Kesulita untuk mengerjakan bilangan pada saat berhitung di sebut Discalculia.
- Kesulitan belajar yang lain dapat di sebabkan karena gangguan simbolik antara lain siswa itu mampu mendengar, tetapi tidak mengerti apa yang di dengar.Ia juga mampu mengaitkan objek yang di lihat, Namun mengalami gangguan pengamatan (visual resetive). Anak juga mengalami gangguan gerak-gerik (motoraphasia).
- Gangguan non simbolik adalah ketidakmampuan anak memahami isi pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk mengenal kembali apa yang telah di pelajari nya pada pelajaran sebelum nya.
2.5 Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Langkah-langkah
yang perlu di tempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat di lakukan
melalui enam tahap sebagai berikut.
- Pengumpulan data.
Menurut
Sam Isbani dan R.Isbani, dalam pengumpualan data dapat di pergunakan berbagai
metode, di antara nya adalah :
a. Observasi
b. Kunjungan rumah.
c. Case Study
d. Case History
e. Daftar pribadi.
f. Meneliti pekerjaan anak.
g. Tugas kelompok dan.
h. Melaksanakan tes (baik tes IQ, maupun
tes prestasi / sachievement test).
- Pengolahan data.
Dalam
pengolahan data, langkah yang dapat di tempuh antara lain adalah :
a. Identifikasi Kasus.
b. Membandingkan antar kasus.
c. Membandingkan dengan hasil tes, dan
d. Menarik kesimpulan.
- Diagnosis.
Diagnosis adalah keputusan
(penentuan mengenai hasil dari pengolahan data.
Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai
berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan
belajar anak (berat dan ringan nya).
b. Keputusan mengenai
faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c. Keputusan mengenai faktor utama
penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.
- Prognosis.
Prognosis artinya “ramalan”.
Dalam “prognosis” ini antara lain akan di tetapkan mengenai bentuk “treatment”
(perlakuan) sebagai follow up dari diagnosis.
Dalam
hal ini dapat berupa :
a. Bentuk treatment yang harus di berikan.
b.Bahan atau materi yang di perlukan.
c. Metode yang akan di gunakan.
d.
Alat-alat
bantu belajar mengajar yang diperlukan.
e. Waktu (kapan kegiatan itu di laksanakan).
Prognosis adalah aktivitas
penyusunan rencana yang di harapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan
belajar anak didik.
- Treatment (perlakukan)
Perlakukan maksud nya adalah
pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan sesuai dengan program yang
telah di susun pada tahun prokmasis.
a. Melalui bimbingan belajar kelompok.
b. Melalui bimbingan belajar individual.
c. Pengajaran remedial.
d. Pemberian bimbingan pribadi.
e. Bimbingan orang tua dan pengatasan kasus
sampingan yang mungkin ada.
- Evaluasi.
Evaluasi di maksudkan untuk
mengetahui , apakah treatment yang telah di berikan di atas berhasil dengan
baik, ada kemajuan atau gagal sama sekali.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
1. Kesimpulan
a.
Kesulitan belajar adalh suatu keadaan
dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar seagaimana
mestinya.
b.
kesulitan belajar dapat dijetahui
melalui menurunnya kinerja akademik dan munculnya misbihavior siswa, baik yang
berkapasitas tinggi maupun yang berkapasitas rendah, karena faktor intrn dan
ekstren siswa.
c. jenis-jenis
kesulitan belajar antara lain:
d. Kesulitan
belajar akademis.
e. Kesulitan
belajar yang disebabkan karena gangguan simbolik dan non simolik.
2. Saran
1. Suasana yang menyenangkan adalah syarat mutlak syang diperlukan supaya anak suka belajar. Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan.
2. Membuat akan senang belajar adalah jauh lebih penting daripada menuntut anak mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang punya prestasi tapi diperoleh dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Anak yang bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan sangat mempengaruhi kesuksesan belajarnya di masa yang akan datang.
1. Suasana yang menyenangkan adalah syarat mutlak syang diperlukan supaya anak suka belajar. Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan.
2. Membuat akan senang belajar adalah jauh lebih penting daripada menuntut anak mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang punya prestasi tapi diperoleh dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Anak yang bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan sangat mempengaruhi kesuksesan belajarnya di masa yang akan datang.
3. Kenali tipe dominan cara belajar anak, apakah tipe auditory (anak mudah menerima
pelajaran dengan cara mendengarkan), visual(melihat)
ataukah kinesthetic (fisik). Meminta anak secara terus menerus belajar dengan
cara yang tidak sesuai dengan tipe cara belajar anak nantinya akan membuat anak
tidak mampu secara maksimal menyerap isi pelajaran, sehingga anak tidak
berkembang dengan maksimal.
4. Belajar dengan jeda waktu istirahat setiap 20 menit akan jauh lebih efektif daripada belajar langsung 1 jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.
5. Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi sangat antusias dan semangat untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari anak sesuai dengan perkembangan anak. Anak akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya anak akan menjadi stress dan patah semangat jika yang dipelajari terlalu sulit.
4. Belajar dengan jeda waktu istirahat setiap 20 menit akan jauh lebih efektif daripada belajar langsung 1 jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.
5. Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi sangat antusias dan semangat untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari anak sesuai dengan perkembangan anak. Anak akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya anak akan menjadi stress dan patah semangat jika yang dipelajari terlalu sulit.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono,M.2007.Psikologi Pendidikan .Cetakan
Keempat.Jakarta.
Ingridwati,dkk.2007.Perkembangan Peserta Didik.Depdiknas.
Syah,Muhibbin.2011.Psikologi
Belajar.Cetakan Kesebelas.Jakarta
(diakses pada tanggal 08 oktober 20011
pukul :07.00)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar